BIOLOGI
“Pola-Pola
Hereditas”
Kelompok : 3
Kelas : XII IPA 1
Nama
Kelompok :
1.
Andromeda S.K
2.
Hera Farisa
3.
Fifin Yanti A.B
4.
Ishak
5.
Rionaldi R.P
6.
Roni
7.
Wiwi M.S
KATA
PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa sehingga
kami dapat menyelesaikan penyusunan laporan dengan materi “Pola-Pola Hereditas”
ini dalam bentuk maupun isinya yang
sangat sederhana. Semoga laporan ini dapat dipergunakan sebagai salah satu
acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca dalam pendidikan.
Meskipun kami berharap isi dari
laporan praktikum kami ini bebas dari kekurangan dan kesalahan, namun selalu
ada yang kurang. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang
membangun agar tugas praktikum biologi ini dapat lebih baik lagi.
Akhir kata kami mengucapkan
terimakasih, semoga hasil laporan praktikum kami ini bermanfaat.
Palopo, 25 September 2016
Penyusun
BAB
I – PENDAHULUAN
A. LATAR
BELAKANG
Sifat-sifat
diwariskan oleh induk kepada keturunanya dan Mendel melakukan suatu model
pewarisan sifat-sifat tersebut yang kebenaranya diakui sampai saat ini yaitu
dengan mengunakan metode matematis yang membantu menganalisis data yang
dihasilkan.Dalam melakukan percobaan tersebut Mendel mengunakan kacang ercis
Mendel menyilangkan ercis varietas biji bulat dengan varietas biji
keriput.Hasil dari persilangan tersebut kemudian disilangkan dengan sesamanya
kemudian didapatkan keturunan kedua.Pada keturunan pertama tidak muncul
ercis keriput, sedangkan pada keturunan kedua ercis keriput muncul,jadi dalam
mengetahui sifat pewarisanharus mengetahui bagaimana gambaran dari pewarisan
sifat yang dilakaukan oleh Mendel. Oleh karena itu pada praktikum kali ini
ialah tentang imitasi perbandingan genetik percobaan mendel dengan tujuan
praktikum ialah mendapatkan gambaran tentang kemungkinan gen yang dibawa oleh
gamet akan bertemu secara accak serta melakukan pengujian lewat tes.
Persilangan
monohibrid adalah persilangan antar dua spesies yang sama dengan satu sifat
beda. Persilangan monohibrid ini sangat berkaitan dengan hukum Mendel I atau
yang disebut dengan hukum segresi.Hukum ini berbunyi, “Pada pembentukan gamet
untuk gen yang merupakan pasangan akan disegresikan kedalam dua anakan.”Mendel
pertama kali mengetahui sifat monohybrid pada saat melakukan percobaan
penyilangan pada kacang ercis (Pisum sativum).Sehingga sampai saat ini di dalam
persilangan monohibrid selalu berlaku hukum Mendel I.
Hukum
Mendel II ini dapat dijelaskan melalui persilangan dihibrida, yaitu persilangan
dengan dua sifat beda, dengan dua alel berbeda. Misalnya, bentuk biji
(bulat+keriput) dan warna biji (kuning+hijau).Pada persilangan antara tanaman
biji bulat warna kuning dengan biji keriput warna hijau diperoleh keturunan biji
bulat warna kuning. Karena setiap gen dapat berpasangan secara bebas maka hasil
persilangan antara F1 diperoleh tanaman bulat kuning, keriput kuning, bulat
hijau dan keriput hijau.Hukum Mendel II ini hanya berlaku untuk gen yang
letaknya berjauhan. Jika kedua gen itu letaknya berdekatan hukum ini tidak
berlaku. Hukum Mendel II ini juga tidak berlaku untuk persilangan monohibrid.
B. TUJUAN
Mengetahui genotip dan fenotip dari
perkawinan Monohibrid dan Dihibrid
BAB
II - TINJAUAN PUSTAKA
Salah satu aspek yang penting pada
organisme hidup adalah kemampuannya untuk melakukan reproduksi dan dengan
demikian dapat melestarika jenisnya. Pada organisme yang berkembang biak secara
seksual, individu baru adalah hasil kombinasi informasi genetic yang
disumbangkan oleh 2 gamet yang berbeda yang berasal dari kedua parentalnya.
Genetika merupakan ilmu pengetahuan
dasar bagi ilmu terapan, misalnya pemuliaan tanaman dan hewan, masalah penyakit
dan kelainan pada tubh manusia. Beberapa isltilah yang serin digunakan dalam
bidang genetika ini seperti gen, genotif, fenotif, resesif, dominant, alela,
homozigot, heterozigot, hendaknya sudah diketahui dan dipahami. Gen adalah unit
terkecil bahan sifat menurun. Gen sebagai factor keturunan disimpan dalam
kromosom. Pasangan kromosom homolog mempunyai ukuran sama panjang, dan padanya
berderet pasangan lokus gen-gen yang bersesuaian. Gen-gen yang terletak pada
lokus yang bersesuaian dan sepadan, memiliki tugas atau pekerjaan sama atau
hampir sama atau berlawanan untuk satu tugas tertentu. Pasangan gen-gen
tersebut dinamakan alela.
Mendel adalah nama tokoh genetika
yang diakui sebagai penemu hokum-hukum hereditas atau pewarisan sifat-sifat
menurun. Nama lengkap Mendel adalah Gregor Johann Mendel, anak
dari seorang petani di Moravia utara. Pada saat pendapat beliau diakui
kebenarannya, beliau sudah wafat, sebab pada waktu diterbitkannya buku yang
memuat pendapat beliau pada tahun 1866, dunia ilmu pengetahuan memang belu
dapat menunjukkan bentuk maupun susunan sifat keturunan yang oleh Mendel
disebut sebagai factor penentu.
Hukum Mendel I menyatakan pemisahan
gen sealel. Dalam bahasa Ingris disebut “ Segregetion of allelia genes “.
Peristiwa pemisahan ini terlihat ketika pembuatan atau pembentukan gamet
individu yang memiliki genotif heterozigot, sehingga tiap gamet mengandung
salah satu sel tersebut. Dalam hal ini disebut juga hukum segregasi yang
berdasarkan percobaan persilangan dua individu yang mempunyai satu karakter
yang berbeda atau monohibrid. Monohibrid adalah suatu persilangan pembastaran
dengan satu sifat beda. Dalam percobaan Mendel yaitu persilangan antara kacang
ercis yang tinggi dan kacang ercis yang rendah menghasilkan perbandinga dimana
yang tinggi lebih banyak jumlahnya daripada yang rendah menghasilkan perbandingan
sebesar 3 : 1 dan perbandingan genotif 1 : 2 : 1. Hukum Mendel II yaitu
pengelompokkan gen secara bebas berlaku ketika pembentukan gamet, dimana gen
sealela secara bebas pergi ke masing-masing kutub secara meiosis. Pembuktian
hokum ini dipakai pada dihibrid. Dihibrid adalah suatu persilangan
(pembastaran) dengan dua sifat beda. Untuk membuktikan, Mendel melakukan
eksperimen dengan membastarkan tanaman Pisum sativum bergalur
murni dengan memperhatikan dua sifat beda. Pembastaran pada tanaman ini diperoleh
perbandingan fenotip 9 : 3 : 3 : 1.
BAB
III - METODE PENELITIAN
A. WAKTU
DAN TEMPAT PENELITIAN
· Tanggal
pelaksanaan: 24 September 2016
· Waktu:
07.40 WITA sampai selesai
· Tempat:
Kelas XII IPA 1 (SMAN 6 Palopo)
B. ALAT
DAN BAHAN
-
8 gelas plastik
-
20 kacing merah dan
putih (Monohibrid)
-
25 kacing merah, putih,
kuning, dan hijau (Dihibrid)
-
Pulpen
- Penutup mata
C. Cara
Kerja
a) Perkawinan Monohibrid
1. Siapkan alat dan bahan
2. Siapkan
gamet-gamet jantan dan betina, yang terdiri dari gen M (kancing merah) dan gen
m (kancing putih) yang sama banyak, masing-masing 10 pasang.
3. Gabungkan
gamet jantan merah (kancing menonjol) dengan gamet jantan putih ke dalam gelas
plastik A dan gabungkan gamet betina merah (kancing melengkung) dengan gamet
betina putih ke dalam gelas plastik B.
4. Kocok kancing dalam gelas plastik A dan B
agar tercampur.
5. Lakukan penyilangan secara acak (dengan mata
tertutup) gamet-gamet dari kedua gelas plastik.
6. Catat
hasil penyilangan pada tabel tabulasi data. Lakukan terus sampai semua gamet
habis disilangkan.
7.
Ulangilah penyilangan ini paling tidak 2x (kita dapatkan 40 kejadian
perkawinan). Semakin banyak kejadian perkawinan kita dapatkan, semakin jelas
hasilnya.
b)
Perkawinan Dihibrid
1. Siapkan alat dan bahan
2.
Siapkan gamet-gamet jantan dan betina, yang terdiri dari gen M (kancing merah),
gen m (kancing putih), gen H (kancing hijau/bulat), dan gen h (kancing kuning/kisut)
yang sama banyak, masing-masing 25 pasang .
3. Gabungkan
gamet jantan merah dengan gamet jantan putih ke dalam gelas plastik A,
gabungkan gemet betina merah dengan gamet betina putih ke dalam gelas plastik,
gabungkan gamet jantan hijau dengan gamet jantan kuning ke dalam gelas plastik
C, dan gabungan gamet betina hijau dengan gamet betina kuning ke dalam gelas
plastik D.
4. Kocok kancing dalam plastik A,
B, C, dan D agar tercampur.
5.
Lakukan penyilangan secara acak gamet-gamet dengan cara mengambil 1 buah
kancing pada gelas plastik A, B, C, dan D.
6.
Lalu catat hasil persilangannya pada tabel tabulasi. Lakukan terus sampai semua
gamet habis disilangkan.
7.
Ulangi penyilangan ini paling tidak 2x. Semakin banyak kejadian perkawinan kita
dapatkan, semakin jelas hasilnya.
BAB
IV - HASIL DAN PEMBAHASAN
A. HASIL
a)
Gamet yang terbentuk pada perkawinan Monohibrid
MM
=> merah – merah
Mm
=> merah – putih
Mm
=> putih – putih
b)
Gamet yang terbentuk pada perkawinan Dihibrid
MMHH
=> merah - bulat
MMHh
=> merah - bulat
MMhh
=> merah kisut
MmHH
=> merah - bulat
MmHh
=> merah - bulat
Mmhh
=> merah - kisut
mmHH
=> putih - bulat
mmHh
=> putih - bulat
mmhh
=> putih - kisut
B. PEMBAHASAN
a)
Tabel : Data Hasil persilangan Monohibrid
Genotip muncul
|
Penyilangan I
|
Penyilangan II
|
∑
|
Rasio
|
MM
|
3
|
6
|
4,5
|
22,5 %
|
Mm
|
14
|
7
|
10,5
|
52,5 %
|
mm
|
3
|
7
|
5
|
25 %
|
-Genotip
= 4,5 MM : 10,5 Mm : 5 mm
-Fenotip
= 15 : 5 = 3 : 1
-
Merah = 15
-
Putih = 5
b)
Tabel : Data Hasil persilangan Dihibrid
Genotip Muncul
|
Jumlah/FREKUENSI
|
Jumlah/Rata-Rata
|
|
Penyilangan I
|
Penyilangan II
|
||
MMHH
|
3
|
3
|
3
|
MMHh
|
6
|
6
|
6
|
MMhh
|
5
|
5
|
5
|
MmHH
|
8
|
5
|
6,5
|
MmHh
|
12
|
10
|
11
|
Mmhh
|
7
|
3
|
5
|
mmHH
|
5
|
1
|
3
|
mmHh
|
8
|
8
|
8
|
mmhh
|
1
|
4
|
2,5
|
-Genotip
= 3 MMHH : 6 MMHh : 5 MMhh : 6,5 MmHH : 11 MmHh : 5 Mmhh : 3 mmHH : 8 mmHh :
2,5 mmhh
-Fenotip
=
-
Merah bulat = 26,5
-
Merah kisut = 10
-
Putih bulat = 11
-
Putih kisut = 2,5
BAB
V – PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari
hasil pengamatan pada percobaan persilangan
monohibrid dan dihibrid , maka dapat ditarik kesimpulan bahwa :
1. Persilangan monohibrid adalah suatu
persilangan antara dua individu yang mempunyai satu sifat beda.
2. Persilangan dihibrid adalah suatu persilangan
( pembastaran ) dengan dua sifat beda.
3. Tiap sifat dari organisme hidup dikendalikan
oleh sepasang faktor keturunan ( gen ), satu dari induk jantan, lainnya dari
induk betina.
4. Pada persilangan monohibrid, belum sesuai atau
hampir mendekati dengan Hukum Mendel I pada ratio genotif sesuai , yaitu
genotif 1 : 2 : 1, sedangkan
pada ratio fenotip telah sesuai dengan Hukum Mendel I yaitu 3 : 1.
5. Pada percobaan persilangan
Dihibrid, rasio fenotifnya menyimpang dari teori. Hal ini
dimungkinkan karena :
a. Jumlah kancing yang dipasangkan tidak banyak
sehingga kemungkinan terjadi penyimpangan peluang semakin besar dan nisbahnya
makin menjauhi dari prediksi teoritis.
b. Ketidak telitian praktikan pada saat
pengambilan kancing
B. SARAN
Saran kami, ketika
siswa melakukan praktikum ini. Siswa lebih teliti dalam memasangkan kancing-
kancing genetika. Karena apabila salah memasangkan, maka akan salah pula hasil
persilangannya. Mengingat materi pembelajaran ini sangat berguna untuk
kehidupan mendatang, maka disarankan kepada seluruh siswa agar rajin
mempelajarinya.
izin copass min
ReplyDelete