Tuesday, October 25, 2016

Praktikum Pola-Pola Hereditas - BIOLOGI (Kelas XII)

BIOLOGI
Pola-Pola Hereditas

Kelompok : 3

Kelas : XII IPA 1

Nama Kelompok :
1. Andromeda S.K
2. Hera Farisa
3. Fifin Yanti A.B
4. Ishak
5. Rionaldi R.P
6. Roni
7. Wiwi M.S



KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan laporan dengan materi “Pola-Pola Hereditas”  ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga laporan ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca dalam pendidikan.

Meskipun kami berharap isi dari laporan praktikum kami ini bebas dari kekurangan dan kesalahan, namun selalu ada yang kurang. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar tugas praktikum biologi ini dapat lebih baik lagi.

Akhir kata kami mengucapkan terimakasih, semoga hasil laporan praktikum kami ini bermanfaat.

Palopo, 25 September 2016


Penyusun




BAB I – PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG
Sifat-sifat diwariskan oleh induk kepada keturunanya dan Mendel melakukan suatu model pewarisan sifat-sifat tersebut yang kebenaranya diakui sampai saat ini yaitu dengan mengunakan metode matematis yang membantu menganalisis data yang dihasilkan.Dalam melakukan percobaan tersebut Mendel mengunakan kacang ercis Mendel menyilangkan ercis varietas biji bulat dengan varietas biji keriput.Hasil dari persilangan tersebut kemudian disilangkan dengan sesamanya kemudian didapatkan keturunan kedua.Pada  keturunan pertama tidak muncul ercis keriput, sedangkan pada keturunan kedua ercis keriput muncul,jadi dalam mengetahui sifat pewarisanharus mengetahui bagaimana gambaran dari pewarisan sifat yang dilakaukan oleh Mendel. Oleh karena itu pada praktikum kali ini ialah tentang imitasi perbandingan genetik percobaan mendel dengan tujuan praktikum ialah mendapatkan gambaran tentang kemungkinan gen yang dibawa oleh gamet akan bertemu secara accak serta melakukan pengujian lewat tes.
Persilangan monohibrid adalah persilangan antar dua spesies yang sama dengan satu sifat beda. Persilangan monohibrid ini sangat berkaitan dengan hukum Mendel I atau yang disebut dengan hukum segresi.Hukum ini berbunyi, “Pada pembentukan gamet untuk gen yang merupakan pasangan akan disegresikan kedalam dua anakan.”Mendel pertama kali mengetahui sifat monohybrid pada saat melakukan percobaan penyilangan pada kacang ercis (Pisum sativum).Sehingga sampai saat ini di dalam persilangan monohibrid selalu berlaku hukum Mendel I.
Hukum Mendel II ini dapat dijelaskan melalui persilangan dihibrida, yaitu persilangan dengan dua sifat beda, dengan dua alel berbeda. Misalnya, bentuk biji (bulat+keriput) dan warna biji (kuning+hijau).Pada persilangan antara tanaman biji bulat warna kuning dengan biji keriput warna hijau diperoleh keturunan biji bulat warna kuning. Karena setiap gen dapat berpasangan secara bebas maka hasil persilangan antara F1 diperoleh tanaman bulat kuning, keriput kuning, bulat hijau dan keriput hijau.Hukum Mendel II ini hanya berlaku untuk gen yang letaknya berjauhan. Jika kedua gen itu letaknya berdekatan hukum ini tidak berlaku. Hukum Mendel II ini juga tidak berlaku untuk persilangan monohibrid.

B.     TUJUAN
            Mengetahui genotip dan fenotip dari perkawinan Monohibrid dan Dihibrid




BAB II - TINJAUAN PUSTAKA

Salah satu aspek yang penting pada organisme hidup adalah kemampuannya untuk melakukan reproduksi dan dengan demikian dapat melestarika jenisnya. Pada organisme yang berkembang biak secara seksual, individu baru adalah hasil kombinasi informasi genetic yang disumbangkan oleh 2 gamet yang berbeda yang berasal dari kedua parentalnya.
Genetika merupakan ilmu pengetahuan dasar bagi ilmu terapan, misalnya pemuliaan tanaman dan hewan, masalah penyakit dan kelainan pada tubh manusia. Beberapa isltilah yang serin digunakan dalam bidang genetika ini seperti gen, genotif, fenotif, resesif, dominant, alela, homozigot, heterozigot, hendaknya sudah diketahui dan dipahami. Gen adalah unit terkecil bahan sifat menurun. Gen sebagai factor keturunan disimpan dalam kromosom. Pasangan kromosom homolog mempunyai ukuran sama panjang, dan padanya berderet pasangan lokus gen-gen yang bersesuaian. Gen-gen yang terletak pada lokus yang bersesuaian dan sepadan, memiliki tugas atau pekerjaan sama atau hampir sama atau berlawanan untuk satu tugas tertentu. Pasangan gen-gen tersebut dinamakan alela.
Mendel adalah nama tokoh genetika yang diakui sebagai penemu hokum-hukum hereditas atau pewarisan sifat-sifat menurun. Nama lengkap Mendel adalah Gregor Johann Mendel, anak dari seorang petani di Moravia utara. Pada saat pendapat beliau diakui kebenarannya, beliau sudah wafat, sebab pada waktu diterbitkannya buku yang memuat pendapat beliau pada tahun 1866, dunia ilmu pengetahuan memang belu dapat menunjukkan bentuk maupun susunan sifat keturunan yang oleh Mendel disebut sebagai factor penentu.
Hukum Mendel I menyatakan pemisahan gen sealel. Dalam bahasa Ingris disebut “ Segregetion of allelia genes “. Peristiwa pemisahan ini terlihat ketika pembuatan atau pembentukan gamet individu yang memiliki genotif heterozigot, sehingga tiap gamet mengandung salah satu sel tersebut. Dalam hal ini disebut juga hukum segregasi yang berdasarkan percobaan persilangan dua individu yang mempunyai satu karakter yang berbeda atau monohibrid. Monohibrid adalah suatu persilangan pembastaran dengan satu sifat beda. Dalam percobaan Mendel yaitu persilangan antara kacang ercis yang tinggi dan kacang ercis yang rendah menghasilkan perbandinga dimana yang tinggi lebih banyak jumlahnya daripada yang rendah menghasilkan perbandingan sebesar 3 : 1 dan perbandingan genotif 1 : 2 : 1. Hukum Mendel II yaitu pengelompokkan gen secara bebas berlaku ketika pembentukan gamet, dimana gen sealela secara bebas pergi ke masing-masing kutub secara meiosis. Pembuktian hokum ini dipakai pada dihibrid. Dihibrid adalah suatu persilangan (pembastaran) dengan dua sifat beda. Untuk membuktikan, Mendel melakukan eksperimen dengan membastarkan tanaman Pisum sativum bergalur murni dengan memperhatikan dua sifat beda. Pembastaran pada tanaman ini diperoleh perbandingan fenotip 9 : 3 : 3 : 1.



BAB III - METODE PENELITIAN

A.      WAKTU DAN TEMPAT PENELITIAN
·         Tanggal pelaksanaan: 24 September 2016
·         Waktu: 07.40 WITA sampai selesai
·         Tempat: Kelas XII IPA 1 (SMAN 6 Palopo)

B.        ALAT DAN BAHAN
-          8 gelas plastik
-          20 kacing merah dan putih (Monohibrid)
-          25 kacing merah, putih, kuning, dan hijau (Dihibrid)
-          Pulpen
-          Penutup mata

C.        Cara Kerja
a) Perkawinan Monohibrid
1.  Siapkan alat dan bahan
2. Siapkan gamet-gamet jantan dan betina, yang terdiri dari gen M (kancing merah) dan gen m (kancing putih) yang sama banyak, masing-masing 10 pasang.
3. Gabungkan gamet jantan merah (kancing menonjol) dengan gamet jantan putih ke dalam gelas plastik A dan gabungkan gamet betina merah (kancing melengkung) dengan gamet betina putih ke dalam gelas plastik B.
4.  Kocok kancing dalam gelas plastik A dan B agar tercampur.
5.  Lakukan penyilangan secara acak (dengan mata tertutup) gamet-gamet dari kedua gelas plastik.
6. Catat hasil penyilangan pada tabel tabulasi data. Lakukan terus sampai semua gamet habis disilangkan.
7. Ulangilah penyilangan ini paling tidak 2x (kita dapatkan 40 kejadian perkawinan). Semakin banyak kejadian perkawinan kita dapatkan, semakin jelas hasilnya.
b) Perkawinan Dihibrid
1.  Siapkan alat dan bahan
2. Siapkan gamet-gamet jantan dan betina, yang terdiri dari gen M (kancing merah), gen m (kancing putih), gen H (kancing hijau/bulat), dan gen h (kancing kuning/kisut) yang sama banyak, masing-masing 25 pasang .
3. Gabungkan gamet jantan merah dengan gamet jantan putih ke dalam gelas plastik A, gabungkan gemet betina merah dengan gamet betina putih ke dalam gelas plastik, gabungkan gamet jantan hijau dengan gamet jantan kuning ke dalam gelas plastik C, dan gabungan gamet betina hijau dengan gamet betina kuning ke dalam gelas plastik D.
4. Kocok kancing dalam plastik A, B, C, dan D agar tercampur.
5. Lakukan penyilangan secara acak gamet-gamet dengan cara mengambil 1 buah kancing pada gelas plastik A, B, C, dan D.
6. Lalu catat hasil persilangannya pada tabel tabulasi. Lakukan terus sampai semua gamet habis disilangkan.
7. Ulangi penyilangan ini paling tidak 2x. Semakin banyak kejadian perkawinan kita dapatkan, semakin jelas hasilnya.




BAB IV - HASIL DAN PEMBAHASAN

A.    HASIL
a) Gamet yang terbentuk pada perkawinan Monohibrid
MM => merah – merah
Mm => merah – putih
Mm => putih – putih

b) Gamet yang terbentuk pada perkawinan Dihibrid
MMHH => merah - bulat
MMHh => merah - bulat
MMhh => merah kisut
MmHH => merah - bulat
MmHh => merah - bulat
Mmhh => merah - kisut
mmHH => putih - bulat
mmHh => putih - bulat
mmhh => putih - kisut

B.     PEMBAHASAN

a) Tabel : Data Hasil persilangan Monohibrid
Genotip muncul
Penyilangan I
Penyilangan II
Rasio
MM
3
6
4,5
22,5 %
Mm
14
7
10,5
52,5 %
mm
3
7
5
25 %

-Genotip = 4,5 MM : 10,5 Mm : 5 mm
-Fenotip = 15 : 5 = 3 : 1
-          Merah = 15
-          Putih = 5



b) Tabel : Data Hasil persilangan Dihibrid
Genotip Muncul
Jumlah/FREKUENSI
Jumlah/Rata-Rata
Penyilangan I
Penyilangan II
MMHH
3
3
3
MMHh
6
6
6
MMhh
5
5
5
MmHH
8
5
6,5
MmHh
12
10
11
Mmhh
7
3
5
mmHH
5
1
3
mmHh
8
8
8
mmhh
1
4
2,5

-Genotip = 3 MMHH : 6 MMHh : 5 MMhh : 6,5 MmHH : 11 MmHh : 5 Mmhh : 3 mmHH : 8 mmHh : 2,5 mmhh
-Fenotip =
-          Merah bulat = 26,5
-          Merah kisut = 10
-          Putih bulat = 11
-          Putih kisut = 2,5



BAB V – PENUTUP

A.          KESIMPULAN
Dari hasil  pengamatan   pada percobaan persilangan monohibrid dan dihibrid ,  maka dapat ditarik kesimpulan bahwa :
1.      Persilangan monohibrid adalah suatu persilangan antara dua individu yang mempunyai satu sifat beda.
2.      Persilangan dihibrid adalah suatu persilangan ( pembastaran ) dengan dua sifat beda.
3.      Tiap sifat dari organisme hidup dikendalikan oleh sepasang faktor keturunan ( gen ), satu dari induk jantan, lainnya dari induk betina.
4.      Pada persilangan monohibrid, belum sesuai atau hampir mendekati dengan Hukum Mendel I pada ratio genotif sesuai , yaitu genotif 1  :   2  :  1, sedangkan pada ratio fenotip telah sesuai dengan Hukum Mendel I yaitu 3 : 1.
5.      Pada percobaan persilangan Dihibrid,  rasio fenotifnya menyimpang dari teori. Hal ini dimungkinkan karena :
a.       Jumlah kancing yang dipasangkan tidak banyak sehingga kemungkinan terjadi penyimpangan peluang semakin besar dan nisbahnya makin menjauhi dari prediksi teoritis.
b.      Ketidak telitian praktikan pada saat pengambilan kancing

B.  SARAN
Saran kami, ketika siswa melakukan praktikum ini. Siswa lebih teliti dalam memasangkan kancing- kancing genetika. Karena apabila salah memasangkan, maka akan salah pula hasil persilangannya. Mengingat materi pembelajaran ini sangat berguna untuk kehidupan mendatang, maka disarankan kepada seluruh siswa agar rajin mempelajarinya.


1 comment: